TEMPO.CO, Jakarta -Maskapai penerbangan nasional sepakat untuk menggenjot kargo sebagai strategi utama dalam menghadapi rendahnya tingkat permintaan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan secara prinsip mendukung inisiatif pemerintah untuk mengontrol pandemi Covid-19 lewat kebijakan PPKM. Karena itu, maskapai pelat merah tersebut juga melakukan penyesuaian jadwal penerbangan dan frekuensi dengan tingkat permintaan.
Maskapai dengan jenis layanan penuh tersebut meyakini masih dapat menggenjot pergerakan dari sisi kargo menghadapi rendahnya jumlah penumpang yang terimbas dari pengetatan mobilitas. “Yang pasti Garuda akan terus menggenjot dan memastikan penerbangan berbasis kargo,” ujarnya, Selasa, 3 Agustus 2021.
Per Agustus 2021 ini Garuda juga telah memutuskan untuk mengoperasikan sebanyak 11 destinasi internasional dengan fokus utama penerbangan kargo. Sebelas penerbangan internasional yang dioperasikan adalah Singapura (SIN), Kuala Lumpur (KUL), Bangkok (BKK), Sydney (SYD), Shanghai (PVG), Guangzhou (CAN), Hong Kong (HKG), Jepang (HND), Korea Selatan (ICN), Belanda (AMS), serta Jeddah (JED). Rute-rute tersebut akan dilayani dengan pesawat berbadan lebar atau wide body, freighter, serta operate flight.
“Rute ke Bangkok akan mengoperasikan freighter di samping wide body, Kemudian ke Hong Kong mengoperasikan freighter dan penerbangan kargo,” jelas Irfan.
Senada, Corporate Communication Sriwijaya Air juga menjelaskan dampak PPKM pada tahun ini tidak lebih baik dibandingkan dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB pada tahun lalu. Terkait dengan penurunan jumlah penumpang yang drastis ini, manajemen pun masih mendatanya. Sejauh ini, menurut manajemen peluang bisnis untuk charter atau sewa baik penumpang maupun kargo pasti ada, kendati tingkat permintaannya masih tergolong minim.
“Peluang dan prospek pada momen kali ini tidak baik karena memang terbentur aturan. Namun maskapai harus tetap bertahan hidup dalam kondisi ini walaupun sulit. Alternatif sampai dengan saat ini masih dengan kargo dan beberapa penerbangan charter,” ujar manajemen.